Meunan news id.Banda Aceh - Dalam konteks masyarakat Aceh yang kaya akan tradisi dan budaya serta prinsip keagamaan yang kental, penting bagi kita untuk selalu mengingat dan mematuhi prinsip-prinsip agama Islam. Salah satu praktik yang perlu dipertanyakan adalah isu penggunaan pawang hujan untuk mengamankan hujan ketika menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut. Bahkan, dalam video yang beredar, pawangnya sudah melakukan ritual di lapangan Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh.

Tgk H Umar Rafsanjani, Lc, MA di Dayah Mini Aceh, di Syiah Kuala, 27 Agustus 2024, menegaskan,

“Praktik ini pasti menjadi perdebatan dalam masyarakat karena dianggap bertentangan dengan prinsip tauhid dalam Islam. Siapa yang memberikan izin kepada pawang itu? Apakah Pemerintah Aceh tahu akan hal ini? Kalau tahu, mengapa tidak dilarang? Atau pawang itu kiriman pemerintah pusat? Jika benar, maaf ya, Aceh tidak perlu pawang hujan. Kami masih percaya pada Malaikat Mikail untuk mengatur rezeki, termasuk hujan. Ini adalah pelecehan bagi Aceh. Jika pawang itu masih ada di Aceh, pulangkan saja!”

Islam mengajarkan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu, termasuk cuaca dan hujan. Mempercayai atau mengandalkan pawang hujan untuk mempengaruhi cuaca adalah bentuk penyekutuan terhadap kekuasaan Allah, yang dikenal sebagai syirik. Syirik adalah pelanggaran serius dalam agama Islam karena menganggap adanya kekuatan lain yang dapat mempengaruhi takdir dan kehendak Allah.

Lebih lanjut, Tgk Umar Rafsanjani mengatakan, “Dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk bergantung sepenuhnya pada Allah dalam segala hal. Kita harus yakin bahwa Allah-lah yang mengatur dan menentukan segala sesuatu, termasuk hujan yang sangat penting bagi kehidupan kita. Ketika kita menghadapi masalah atau kebutuhan, seharusnya kita memohon kepada Allah dan berdoa agar diberikan solusi terbaik sesuai kehendak-Nya.”

Oleh karena itu, mari kita tegakkan keyakinan kita pada Allah dan menjauhi praktik yang dapat mengarah pada syirik. Kita harus mengingatkan diri kita sendiri dan orang lain tentang pentingnya menjaga keimanan kita dan hanya bergantung pada kekuasaan Allah dalam setiap aspek kehidupan.

Tgk Umar Rafsanjani menambahkan, “Apalagi di Aceh ada regulasi Syari’at Islam. Dengan memahami dan mempraktikkan ajaran Islam secara benar, kita dapat memastikan bahwa tradisi dan budaya yang kita lestarikan di Aceh tetap sejalan dengan keyakinan agama kita. Semoga kita semua diberikan petunjuk dan kekuatan untuk senantiasa mengikuti jalan yang benar sesuai ajaran Islam, dan semoga Allah mengampuni kita semua. Semoga!”