Akibat Kemunduran Umat Islam Ada yang Rela Gadaikan Agama
Meunan news id. Banda Aceh -Kemunduran umat Islam dalam berbagai sektor kehidupan paling tidak disebabkan oleh faktor internal dan ekternal. Secara internal umat Islam belum sepenahnya berpegang teguh pada pedoman agama, Alquran dan sunnah, yang berimbas pada lemahnya aqidah. Akibatnya sebagian umat Islam rela menggadaikan agamanya untuk kepentingan dunia, misalnya hanya yakin harta yang diperoleh karena usahanya, bukan rezeki dari Allah Swt.
Demikian intisari pengajian bulanan Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Aceh Besar di Lambaro (9/1/2021), dengan pemateri Muhammad Hatta Selian, Lc, MA. “Apabila umat Islam imannya semakin lemah, maka akan menjadi penakut, lemahnya ukhuwah islamiah dan kepemimpinan, terjadi kejahilan dimana-mana, serta berkurangnya motivasi belajar agama,” urai Muhammad Hatta.
Secara eksternal, dia mengakui, konspirasi yang tidak menyukai Islam berkembang di seluruh dunia tetap saja ada hingga akhir zaman, yang ditunjukkan dalam bentuk perang secara militer dan perang pemikiran. Dengan strategi itu, mereka hendak menjauhkan umat Islam dari pedoman dan pandangan hidup Alquran dan sunnah.
Untuk menghadapi kondisi ini, Muhammad Hatta menawarkan solusi permanen dengan cara meningkatkan pendidikan Islam yang berkesinambungan, supaya umat Islam dapat kembali kepada Alquran dan sunnah. Bukankah Allah Swt sejak awal telah mengingatkan, “Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan (mereka).” (QS Fussilat: 26)
“Dengan pendidikan Islam berkelanjutan dan berkualitas, upaya menjauhkan umat Islam dari Alquran tak akan terjadi. Jika mereka berhasil, maka dengan mudah melakukan kegaduhan dan mengalahkan umat Islam, dalam artian ajaran Islam tak bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,” katanya.
Muhammad Hatta menjelaskan, dengan penyelengaraan pendidikan Islam akan terbentuk generasi rabbani, yaitu generasi yang lebih dominan akhiratnya. Tentu saja hasilnya baru dapat dicapai dalam waktu yang lama. “Dalam hal ini, saya merekomendasikan kurikulum sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah dapat disempunakan, sehingga melahirkan lebih banyak lagi generasi rabbani,” pintanya.
Pada bagian lain pengajian, Muhammad Hatta menguraikan tentang problematika umat Islam. Dia menggambarkan, belum singkronnya kondisi ideal yang hendak dicapai dengan realitas kehidupan umat Islam di berbagai belahan bumi. Kesenjangan ini harus diperbaiki secara bertahap dan sungguh-sunguh, disertai komitmen berbagai komponen umat di dalam dan luar negeri untuk menata kembali umat Islam.
Pimpinan Dayah Ar-Rabwah Indrapuri ini menjelaskan tiga prinsip ideal, pertama, umat Islam adalah umat terbaik. Untuk mencapai hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan amar makruf, antara lain dengan tidak menyia-nyiakan waktu dan terus berbuat kebaikan.
Selain itu, umat Islam tak boleh lengah menghentikan kemungkaran, walaupun faktanya lebih mudah mengajak kepada kebaikan daripada mencegah kemungkaran. Mencegah kemungkaran dimulai dengan yang paling keras hingga dengan cara-cara lembut. “Kita juga harus pupuk keimanan kepada Allah Swt dan memperbaiki akhlak umat. Dengan ini akan mencapai umat terbaik,” katanya.
“Namun kenyataannya, umat Islam semakin menjauh dari idealitas. Justru yang lebih banyak praktik amar mungkar, bukan amar makruf. Misalnya sepanjang perjalanan dalam bus umum yang diputar adalah musik, bukan Alquran. Bahkan ada sopir yang tak sanggup mendengar lantunan Alquran. Kita bisa cek juga berapa banyak penumpang bus yang mendengarkan atau menonton bacaan Alquran,” urainya.
Kenyataan lainnya, tambahnya, sebagian umat Islam masih suka mengikuti gaya hidup nonmuslim yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Ada juga yang meninggalkan atau takut menggunakan bahasa agama, misalnya menggunakan kata-kata jihad, khilafah, kaffah, kafir dan lain-lain. “Kenyataan lain, ada umat Islam yang hanya rela terhadap dunia dan hampir semua yang dikerjakan semata-mata atas pertimbangan dunia,” katanya.
Kedua, kata Muhamamad Hatta, idealnya umat Islam adalah umat pertengahan, ummatan wasathan. Umat moderat. Karena itu, seharusnya seimbang antara dunia dan akhirat, antara memenuhi kebutuhan pribadi dan masyarakat, pertengahan antara pemenuhan kebutuhan fisik dan rohani. Umat Islam tidak boleh hanya mengobati fisik jika sakit, tapi rohani juga harus sehat. Harus seimbang dan tidak berlebihan dalam urusan agama.
Kenyataannya, katanya, umat Islam masih banyak yang ikut-ikutan (taqlid) dalam beragama, tidak mempedomani Alquran dan sunnah. Banyak yang ikut-ikutan dalam bidang keyakinan, buktinya masih ada tahyul, bid’ah dan khurafat dalam masyarakat. Ada juga yang ikut-ikutan di bidang akhlak, seperti penampilan kaum muda yang meniru gaya hidup nonmuslim. “Umat Islam di dunia ini masih ada yang taqlid dalam bidang hukum dan perundang-undangan, padahal idealnya kita mempedomani hukum Islam,” tegasnya.
Ketiga dan terakhir, kata Muhammad Hatta, idealnya umat Islam satu aqidah, satu kepemimpinan dan satu jamaah. Faktanya, masih terjadi perpecahan umat dan di tingkat dunia Islam jatuhnya khilafah di Turki. Perpecahan terjadi akibat perbedaan pandangan dan beraneka pola pikir dalam bidang aqidah dan ibadah. “Padahal yang kita harapkan, perbedaan terjadi sebatas hal-hal yang tak prinsip dan itu adalah khazanah ilmiah dalam Islam. Jadi sudah waktunya kita hindari bangga dengan jamaah dan organisasi masing-masing,” tutupnya. (tgk Husnan)
Tidak ada komentar